“Aku tak dapat melihatnya dengan jelas. Gelap.” “Kau jelas melihat sesuatu.”
“Seorang perempuan tua . Ia berdiri disana, memperhatikanku.”
Kami tetap memandangi berkas itu seakan-akan terpesona.
“Ia memakai kimono putih,” kataku. “Sebagian rambutnya terurai. Tertiup angin.”
Kikuko menekankan sikunya pada lenganku.
“Oh, berhentilah. Kau mencoba menakutiku lagi.”
Ia menginjak sisa rokoknya, lalu sejenak berdiri memandang dengan ekspresi kalut. Ia menendangi ranting pinus, kemudian sekali lagi menampakkan seringainya.
“Kita lihat apakah makan malam telah siap,” katanya.
Kami mendapati ayah di dapur. Ia memandangi kami sejenak, bersibuk lagi dengan yang dikerjakannnya.
“Ayah jadi koki sejak ia sendirian,” Kikuko berkata dengan tertawa. Ia menoleh dan memandang saudariku dengan dingin.