Oleh Shafwan Hadi Umri
Pada acara Pertemuan Sastrawan Indonesia di Hotel Sultan Jakarta 25 Juni 2024, saya bertemu kembali dengan “Presiden Penyair Indonesia” Sutardji Calzoum Bachri.
Sosok dan tubuhnya begitu tegar dan kuat seperti kesetiaan dirinya berpuisi. Di balik wajahnya yang berjenggot abu-abu nyaris putih dan sebuah topi pet di kepalanya.
Ia menyapa dengan ramah dan mengingatkan pertemuan kami yang pertama di Medan ketika Kongres Kesenian (1995). Saat itu ada Salim Said (Ketua DKJ), Taufiq Ismail, Saini Km.
Kemudian bertemu kembali ketika pertemuan para kepala Balai Bahasa di Pusat Bahasa pada 2003,.ketika itu dia berdampingan dengan penyair Dr. Abdul Hadi WM menyampaikan paparan sekitar dunia kesusastraan di Indonesia.
Beberapa pertemuan dengan Sutardji terjadi dalam Festival Sastra Gunung Bintan yang ditaja Datuk Rida K Liamsi di Tanjungpinang.
Dalam pertemuan singkat sebelum pulang ke Medan, saya ditemani Anwar Putra Bayu dan Fanny Gerson Poyik serta Jaya Arjuna mengusik Sutardji tentang puisinya dengan setengah berbisik sekaligus mengingatkan baris-baris puisinya, ”dengan seribu gunung ,gunung tak runtuh, dengan seribu perawan hati tak jatuh, dengan siapa aku mengeluh.”