Esai: Dunia Anak dalam Lukisan Artificial Intelligence Denny JA

- 30 Juni 2024, 07:00 WIB
Lukisan bantuan AI karya Denny JA
Lukisan bantuan AI karya Denny JA //foto APB/

 

Oleh Anwar Putra Bayu *)

 

Di sela-sela berlangsungnya  kegiatan pemberian penghargaan kepada 70 Sastrawan Indonesia di Hotel Sultan Jakarta selama tiga hari (24-26 Juni) itu, maka saya memanfaatkan waktu kosong pada 25 Juni 2024 tengah hari untuk melihat pameran lukis Artificial Intelligence (AI) karya Denny JA, yang dipamerkan sejak bulan Maret lalu di Mahakam 24 Residence. 

Bersama empat sastrawan dari Sumatera Utara penerima penghargaan sekurang-kurangnya  50 tahun berkarya, yakni Prof. Shafwan Hadi Umri, Idris Pasaribu, Sulaiman Sambas, dan Jaya Arjuna. Sedangkan saya penerima penghargaan 40 tahun berkarya dari Sumatera Selatan. Secara pribadi saya memang punya kedekatan emosional dan intertekstual dengan empat sastrawan Sumut itu. Pendek kata kami pun berhimpun menyaksikan bersama pameran lukisan Artificial Intelligence (AI) Denny JA.

Udara terik di luar menyertai saya dan kawan-kawan memasuki ruang dasar (lantai satu). Kami disambut oleh Fadil dengan ramah. Ruangan menjadi  terasa agak sejuk lantaran udara AC. Di lantai satu inilah saya dan kawan-kawan sudah disuguhi  lukisan AI Denny JA yakni  dua band legendaris dari Inggris dan Indonesia, The Beatles dan Koes Plus. Sepertinya Denny JA sengaja menata lukisan tersebut di dinding ruangan  lantai satu dengan tujuan agar terasa santai dan familiar.  Lebih-lebih kami disuguhi minuman hangat dan dingin.. 

Fadil mulai memandu dari lantai satu hingga lantai tujuh, setiap lantai di belah dua dinding yang tergantung beberapa lukisan dengan berbagai tema, sehingga imajinasi  saya bekerja seakan berada dan plesiran dalam lorong waktu. Lukisan-lukisan yang tergantung  didinding tak lain adalah peristiwa-peristiwa yang sepertinya baru dilalui.

Tema pemilihan presiden dan covid 19 di lantai dua antara lain misalnya, bagaimana Denny JA merekonstruksi saat Gibran hadir dengankalimat imajinatif “Tenang Pak Prabowo, saya sudah hadir di sini.” Peristiwa ini sungguh sebuah satir yang getir. Kayaknya, Denny JA ingin memberi pesan soal tatakrama dalam peristiwa itu. 

Tahun 2019 hingga 2021 merupakan tahun-tahun buruk bagi dunia terutama Indonesia. Betapa tidak, pandemi Covid 19 merupakan “maha duka” bagi keluarga Indonesia dengan munculnya monster berupa virus yang divisualkan oleh Denny JA sebagai “the birth of A Monster” entitas pencabut nyawa. Beratus ribu nyawa melayang. Namun, peristiwa itu berhenti ketika secara resmi Indonesia melalui WHO menyatakan bebas virus covid 19, yang sangat impresif dilukiskandengan  tangan-tangan menggapai masker putih. Lukisan yang berjudul “Welcome 2023 A Pandemi Free Year” itu, seakan mengingatkan orang-orang masih terikat dengan masker meski pemerintah menyatakan bebas covid.

Peristiwa demi persitiwa dan suasana demi suasana dihadirkan Denny JA dalam wujud lukisan AI. Selain tema-tema tempo dulu dan masa depan, tema tokoh-tokoh dan revisiting, adalah tema anak-anak di Gaza (Lantai enam) merupakan peristiwa yang menyita perhatian Denny JA  olehkarena anak-anak di Gaza (Palestina) banyak  terbunuh lantaran seragan bom dan meriam oleh tentara Israel.

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah