Cerpen Kazuo Ishiguro: Makan Malam Keluarga

- 27 Januari 2024, 18:24 WIB
ilustrasi cerpen Makan Malam Keluarga
ilustrasi cerpen Makan Malam Keluarga /ist

Ayahku seorang lelaki bertampang hebat dengan rahang keras yang lebar dan alis hitam menyeramkan. Aku mengingat-ingat baik-baik ia sangat mirip Chou En-lai, walaupun ia tidak akan bangga dengan perbandingan seperti itu, karena secara khusus ia bangga dengan darah samurai yang mengalir di keluarga.   Kehadirannya tak memungkinkan orang untuk berani berbicara santai dengannya, atau tak ada yang dapat membantu dengan cara ganjilnya menyatakan setiap kata seolah-olah menyimpulkan sesuatu.   Begitulah, ketika aku duduk berhadap-hadapan dengannya sore itu, kenangan masa kecil kembali saat ia memukul   di kepalaku beberapa karena ‘berbicara seperti seorang perempuan tua’. Tak  dapat delakkan, percakapan kami sejak kedatanganku di bandara telah dsela oleh jeda yang panjang.

“Maaf telah mendengar tentang perusahaanmu,” kataku ketika setelah beberapa lama taka da yang bicara diantara kami.  Ia mengangguk murung.

“Sebetulnya cerita tak berakhir sampai disitu,” katanya. “Setelah perusahaan bangkrut,

Watanabe bunuh diri.  Ia tidak berharap hidup dengan aib.” “Begitu.”

“Kami  telah  berkawan  tujuhbelas  tahun.    Seorang  lelaki  yang  punya  prinsip    dan kehormatan .  Aku sangat menghormatinya.”

“Kau akan memulai berbisnis lagi?” aku bertanya.

“Aku – saat pengunduran diri ini. Aku terlalu tua untuk terlibat dalam kongsi-kongsi baru. Bisnis sekarang sangat berbeda. Menghadapi orang-orang asing. Melakukan usaha dngan cara mereka.  Aku tidak mengetahui cara menghadapi ini.  Tidak juga Watanabe.” Ia menyeriai. Lelaki baik.  Seorang yang punya prinsip.”

Ruang teh tampak dari taman.  Dari tempat aku duduk aku dapat memandangi sumur tua yang sebagai seorang anak aku percaya berhantu. Dapat dilihat sekarang melalui dedaunan yang tebal. Matahari melindap turun-naik pada taman yang jatuh jadi bayangan.

“Aku senang kalau kau memutuskan untuk pulang,” ayahku berkata. “Lebih dari kunjungan singkat, aku berharap.”

“Aku tidak yakin dengan rencana selanjutnya.”

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah