Cerpen Heru Patria: MEMETIK BINTANG DI LANGIT SIANG

- 8 Juni 2024, 08:00 WIB
ilustrasi cerpen
ilustrasi cerpen /

“Tapi Mas, uang dari mana untuk mengembalikan jika uang itu dari hasil utang ke kantormu.”

He he! Aku tersenyum sekadar untuk mengurangi beban kecemasan di wajah istriku.

“Lagian, siapa yang utang, Sri?” 

“Maksud, Mas?”

Sambil kugenggam erat kedua tangannya, aku pun bercerita tentang kerja sampingan yang selama ini terpaksa aku jalani agar dapat membayar iuran rutin kesehatan dengan tanpa mengurangi jatah honor tiap bulannya. 

Tak lupa kembali aku tekankan betapa pentingnya ikut iuran kesehatan, mengingat bahwa penyakit itu bisa datang setiap saat.

Istriku hanya menunduk kelu mendengar penjelasan itu. Bibirnya terkatup rapat tanpa menjawab. Hanya genggam jemarinya yang aku rasakan semakin erat. Ada rasa bersalah dan sesal di balik genggaman hangatnya itu. Bukti bahwa iuran kesehatan dapat menjadi solusi yang tepat di saat darurat telah membuatnya menyesal atas larangannya dulu.

Kini ia telah menyadari sendiri pentingnya membayar iuran kesehatan secara rutin. Kesehatan jauh lebih berharga dari sekadar iuran bulanan yang pernah kujadikan suatu rahasia.

“Maafkan kesalahanku, ya Mas?”

Aku mengangguk sambil tersenyum. Dalam hati aku juga meminta maaf atas iuran rahasia yang sempat kupendam. Besar harapanku semoga layanan yang diberikan BPJS akan semakin bagus sehingga lebih meningkatkan kesadaran masyarakat kecil akan arti penting Jaminan Kesehatan. 

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah