Cerpen Heru Patria: MEMETIK BINTANG DI LANGIT SIANG

- 8 Juni 2024, 08:00 WIB
ilustrasi cerpen
ilustrasi cerpen /

“Ya, baiklah. Terserah kau saja,” ucapku untuk meredam percekcokkan yang lebih jauh. 

Menyerah? Tentu saja tidak! Aku harus mencari cara bagaimana supaya memberikan honorku secara utuh pada istri sekaligus tetap bisa membayar iuran kesehatan secara rutin.

Aku mulai memutar otak!

Tepat pukul 14.15, aku melangkah gontai memasuki halaman rumah ketika istriku sedang menyapu teras. Melihat aku datang, ia bukannya tersenyum menyambut, tapi justru ngedumel sambil merengut. 

“Mas, sudah tiga bulan ini kau pulangnya kok selalu telat. Lebih sore dari biasanya. Jangan-jangan kau ada main di luar sana, ya?!” 

Heh! Aku tersenyum getir. Rasa letih, haus, dan lapar yang sedari tadi kutahan, kini terasa semakin mencekam. Ceracau istri membuat suasana hatiku bertambah runyam.

“Ah kau ini, siang-siang ngigau. Suami datang bukannya diambilkan minum, eh, malah dituduh yang enggak-enggak. Lagian perempuan mana yang mau sama lelaki beranak dua dengan honor yang seadanya sepertiku.” Aku menyahut sambil nyelonong masuk rumah.

Tak kuhiraukan lagi wajah keruh istriku yang makin jutek. Terdorong oleh alunan musik keroncong yang sedari tadi konser dalam perut, aku bergegas mengambil makan di dapur setelah menaruh tas dan sepatu di sudut kamar.

Sungguh, ingin rasanya aku makan cepat-cepat agar cacing-cacing dalam perutku segera terlelap. Namun baru empat sendok nasi melintas di kerongkongan, pikiran tentang istri kembali membayang.

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah