Jalan Franz Kafka, Laporan Hasta Indriyana dari Boja Kendal

- 13 Juni 2024, 12:45 WIB
Hasta Indriyana (bersarung kaos putih nomor 3 dari kanan) bersama peserta pelatihan menulis
Hasta Indriyana (bersarung kaos putih nomor 3 dari kanan) bersama peserta pelatihan menulis /dok pribadi/FB/

PESAWARAN INSIDE –  Turun di Semarang, saya dijemput 2 penyair, Setia Naka Adrian dan Heri Chandra Santoso. Saya dibawa ke Boja, Kendal bagian atas. 

Sejam perjalanan sampailah di Dusun Krajan, Kelurahan Bebengan. Sekilo ke arah barat dari Pasar Boja, mobil belok kiri, ke kampung yang lumayan padat. 

Belum sempat menginjakkan kaki, saya baca sebuah papan: Jl. Ulysses. Rupanya, jalan ini (mungkin lebih tepatnya gang) menuju ke rumah Sigit Susanto, penulis yang mengundang saya. 

Saya diundang untuk mengisi pelatihan menulis dalam program residensi bagi penulis-penulos muda Kendal. Program ini sepaket dengan acara Kendal Puisi Award 2023, yang di dalamnya ada lomba menulis dengan hadiah kambing. Lucu dan keren. Pendonornya ya Kang Bondet sendiri. 

Program ini rutin tiap tahun. Sastrawan yang pernah datang ke acara ini antara lain Remy Sylado, Ahmad Tohari, F. Rahardi, Zawawi Imron, Iman Budhi Santosa, Agus Noor, Wayan Jengki Sunarta, dan lain-lain. 

Ketika saya datang, rupanya Kang Bondet nganyari tempat acara, bangunan baru yang diniatkan sebagai tempat kegiatan warga, rapat kampung, senam ibu-ibu, arisan, acara kesenian, dll. Itu rumah miliknya.

Di depannya, ada sebuah rumah berkamar empat yang diperuntukkan bagi pelajar dari pelosok. Siswa-siswa yang ngekos tidak dipungut biaya, listrik dan air jugan sudah dibayar. Ada rumah lain milik Kang Bondet yang juga dikoskan seperti itu. Kos gratis bg pelajar-pelajar kurang mampu. 

Usai Subuh setelah malamnya acara pelatihan dan diskusi, saya jalan kaki menyusuri gang-gang kampung. Pagi-pagi saya mendapati Kang Bondet sedang menyapu pelataran. Rajin sekali. 

Tak jauh dari tempat acara, saya melewati gang. Gang itu dari jalan kampung menuju ke sungai, ke bekas perkebunan karet milik Belanda di zaman kolonial. Warga sudah beraktivitas. Warung kecil penjual nasi sudah dirubung orang.

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah