Cerpen Heru Patria: MEMETIK BINTANG DI LANGIT SIANG

- 8 Juni 2024, 08:00 WIB
ilustrasi cerpen
ilustrasi cerpen /

 

 

MEMETIK BINTANG DI LANGIT SIANG

 

“Mas. Jika iuran bulanan kesehatan sering naik seperti ini, lebih baik berhenti saja jadi peserta. Kebutuhan kita semakin banyak, Mas. Anak-anak juga mulai masuk sekolah, dan itu butuh biaya. Pokoknya aku gak mau tahu, Mas harus berhenti. Toh kita selama ini tak pernah ke Rumah Sakit.  Jadi daripada uang dibayarkan iuran tanpa guna mending dipakai buat kebutuhan anak-anak,” omel istriku sambil membanting slip honor bulan ini. 

Bola matanya yang melotot bulat-bulat tatapannya terpusat ke wajahku. Pandangannya yang mengghujam membuatku hanya bisa menahan perasaan.

Ya, aku paham atas pemikiran istriku. Aku maklum bagaimana sulitnya mengatur keuangan keluarga dengan penghasilan yang pas-pasan itu. Belum lagi harus memikirkan potongan Koperasi Simpan Pinjam. Dalam kondisi seperti ini, jelas membayar iuran rutin BPJS untuk empat orang dengan kategori layanan kelas 1 sangatlah berat. Sebagai seorang ibu sudah pasti istriku lebih menomorsatukan kebutuhan anak-anaknya daripada hal lain. Meskipun iuran kesehatan itu sebenarnya juga kebutuhan penting. 

“Tapi yang namanya sakit itu datangnya tidak dapat kita prediksi lo, Dek.”

“Ya berdoa saja, semoga keluarga kita tetap sehat. Sudahlah gak usah banyak alasan, pokoknya bulan depan aku harus terima honormu utuh. Tanpa ada potongan kesehatan lagi. Kalau anak-anak sakit kan bisa kita bawa ke puskesmas. Malahan gratis.”

Akh! Aku terdiam. Ingin rasanya aku menjelaskan keuntungan ikut iuran kesehatan, tapi melihat amarah istriku yang cukup tinggi, niat itu aku urungkan. Percuma saja. Toh meski aku jelaskan sampai mulut berbusa, ia tak akan menggubrisnya jika masih emosi.

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah