Jadi Wisata Saat Libur Hari Raya Waisak, Ini Kemegahan Candi Mendut yang Belum Diketahui

16 Mei 2024, 06:40 WIB
/

PESAWARAN INSIDE- Candi Mendut kerap jadi destinasi wisata saat libur hari raya Waisak, berikut ini kemegahan Candi Mendut yang belum banyak diketahui.

Candi Mendut adalah satu kesatuan dengan dua candi bernuansa Budha lainnya, yakni; Candi Borobudur dan Candi Pawon. Relief dan bentuk bangunan candi Mendut yang menawan menjadikan bangunan Candi Mendut terlihat megah.

Situs bersejarah ini terletak di ujung timur garis imajiner yang membentang dari barat hingga ke timur sepanjang 3 kilometer. 

Garis ini melintasi Sungai Elo dan Sungai Progo serta menghubungkan 3 buah candi, yakni Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut.

Tak hanya itu saja, di komplek percandian Mendut ini juga suasananya masih relatif asri dan hijau dengan pepohonan ditambah lingkungannya yang tenang sehingga wisatawan bisa menikmati keindahan Candi Mendut sekaligus membayangkan kejayaan Candi Mendut ini di zaman keemasannya.

Sejarah Candi Mendut

Johannes Gijsbertus de Casparis, sejarawan asal Belanda mengemukakan bahwa berdasarkan isi Prasasti Karangtengah, Candi Mendut dibangun sekitar tahun 824 M, pada masa kerajaan Dinasti Syailendra. 

Di dalam Prasasti Karangtengah tertulis bahwa Raja Indra membangun sebuah bangunan suci yang dinamakan Wenuwana.

Wenuwana berasal dari kata “Venu, Vana, Mandiri” yang berarti candi di tengah hutan bambu. Casparis mengartikan Wenuwana sebagai Candi Mendut. Dengan demikian, umur Candi Mendut diperkirakan lebih tua dari umur Candi Borobudur.

Keberadaan Pohon Bodhi

Masih berada di satu kawasan percandian Mendut ini pula terdapat sebuah pohon Bodhi yang oleh umat Budha dipercaya sebagai titik awal Sidharta Gautama mendapatkan pencerahan dan menjadi Sang Budha Mahayana Gautama yang menjadi tokoh penyebar agama Budha.

Hingga kini pula, keberadaan pohon Bodhi ini juga menjadi bagian tak terpisahkan yang tak hanya terkait dengan keberadaan candi-candi bernuansa Budha namun juga kisah penyebaran agama Budha di era kerajaan Mataram kuno pada masa lampau.

Keindahan Relief Candi Mendut

Di Candi Mendut ini, ada begitu banyak keindahan relief, seperti relief Kuwara dan Hariti yang merupakan pasangan raksasa pemakan manusia yang bertobat di bagian dinding utara.

Kemudian, relief Dewi Tara delapan tangan yang tengah memegang wajra, tasbih, tiram, tongkat, kapak, cakra, cawan, dan kitab, dan relief Sarwaniwaranawiskhambi dengan pakaian kebesaran kerajaan di bagian barat depan candi. 

Bentuk dan Struktur Candi Mendut

Situs bersejarah yang kental dengan corak Buddha ini memiliki bentuk bujur sangkar seluas 13.7 x 13.7 meter dan tinggi mencapai 26.4 meter. 

Bangunan candi ini bertumpu pada batu setinggi 2 meter, di atasnya terdapat selasar lebar yang dilengkapi dengan langkan. Dinding kaki candi dihiasi 31 buah panel berbentuk gambar sulur dan bunga. Terdapat pula sejumlah relief yang memiliki kisah.

Pada bagian atap terdapat 3 tumpukan kubus yang dikelilingi 48 kubus kecil dengan bentuk meruncing. Sementara di dalam ruangan, terdapat tiga buah patung arca setinggi 3 meter. 

Arca pertama, Buddha Sakyamuni tampak dalam posisi duduk dan sikap tangan membentuk dharmackramudra. Di bagian depan terdapat arca Bodhisattva Avalokiteswara (Buddha penolong manusia) yang duduk dengan kaki kiri terlipat, sedangkan kaki kanan menjuntai ke bawah dan bertumpu pada bantalan teratai kecil. Sementara arca Maitreya (Bodhisatwa pembebas manusia) duduk dengan tangan dalam posisi simhakamamudra.

Berbeda dari bangunan candi di Indonesia pada umumnya yang menghadap arah timur, situs bersejarah ini justru menghadap arah barat laut. Material bangunannya pun menggunakan batu bata yang ditutup batu andesit.

Penemuan dan Rekonstruksi Candi Mendut

Bangunan bersejarah ini ditemukan pada tahun 1836 dalam kondisi hancur dan tertimbun semak belukar. Menurut para arkeolog, kerusakan tersebut tak jauh berbeda dari yang dialami Candi Borobudur, yakni disebabkan oleh letusan Gunung Merapi di tahun 1006 Masehi.

Pada tahun 1897 sampai 1904 dimulailah upaya penyusunan kembali puing-puing bangunan candi yang hancur. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Hanya berhasil mengembalikan bagian tubuh dan kaki candi. Masih banyak bagian candi yang belum berhasil direkonstruksi.

Setelah empat tahun berselang, Van Erp memulai rekonstruksi tahap dua dan berperan sebagai pemimpin. Di bawah pimpinannya, tim melakukan pengembalian bentuk atap candi, pemasangan stupa, hingga perbaikan di beberapa puncak atap candi. Sayangnya, rekonstruksi ini terganjal masalah dana sehingga sempat terhenti di tengah jalan.

Pada tahun 1925, rekonstruksi kembali dilakukan untuk menyempurnakan bangunan candi. Upaya ini berhasil mengembalikan kondisi Candi Mendut sesuai dengan aslinya.

Fasilitas Candi Mendut

Sebagai obyek wisata yang sudah amat terkenal bersama dengan dua candi lainnya yakni Candi Borobudur dan Candi Pawon, fasilitas yang terdapat di Candi Mendut pun sudah sangat memadai.

Fasilitas umum seperti, musala, toilet, kantin hingga area parkir yang luas yang berada dalam komplek percandian Mendut.

Selain itu terdapat pula penginapan-penginapan mulai dari hotel hingga losmen yang berada di sekitar komplek percandian Mendut, selain itu juga terdapat pusat-pusat souvenir yang menawarkan banyak kerajinan khas yang ditawarkan dengan harga yang murah.

Tarif Masuk dan Jam Kunjungan

Untuk bisa menikmati keindahan Candi Mendut ini, pengunjung cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 20 ribu perorang dengan biaya parkir sebesar Rp. 3 ribu untuk sepeda motor dan Rp. 5 ribu untuk kendaraan roda empat.

Sedangkan, jam kunjungan yang diberlakukan dimulai dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 18.00 petang setiap harinya.***

Editor: Arief Mulyadin

Tags

Terkini

Terpopuler