Cerpen Dian Chandra: TIGEL

- 18 Mei 2024, 08:00 WIB
ilustrasi cerpen Tigel Dian Chandra
ilustrasi cerpen Tigel Dian Chandra /tim pesawaran/

“Hentikan, Itha!” Suara lelaki paruh baya bergetar. Seketika perempuan muda menghentikan gerakannya dan menatap tajam kepada sumber suara.

“Kau telah salah jalan, Nak. Tarian tigel sangat lah keramat. Ini lah tarian pelindung bukit kita.”

“Tidak! Ini lah tarian penggoda dan kesenangan, sebagaimana awalnya dan sudah sepatutnya begitu!” Perempuan muda melepaskan kain panjang dan melemparkannya ke hadapan lelaki muda.

Lekas, beberapa warga mendekati perempuan muda dan memegang kedua tangannya erat-erat. Namun, ia yang jiwanya telah terlampau keruh begitu bertenaga, hingga mengempaskan para lelaki yang menyentuhnya. Lagi-lagi matanya menatap tajam, terutama kepada perempuan muda berkerudung yang dengan cekatan melepaskan ikatan sanderanya.

Pelan, tanpa kain panjang perempuan muda itu mulai menari kembali. Keinginannya tak boleh gagal. Maka ia terus saja menari. Meski orang-orang telah meneriakinya dan bahkan berusaha menangkapnya. Namun, tubuhnya tak dapat diraih. Dengan lincah ia bergerak ke sana ke mari, membikin malu yang melihatnya.

Ia tersenyum meremehkan, sedang orang-orang menatapnya dengan cemas.

Benar saja, lagi-lagi angin datang. Kali ini jauh lebih kencang. Menerjang tubuh perempuan muda, seolah-olah meraihnya. Lalu dalam hitungan detik, membawanya pergi jauh entah ke mana. Meninggalkan orang-orang yang berteriak-teriak memanggil, “Itha! Itha! Itha!”

Ia yang kini telah menjadi penjaga bukit, menjaga hutan dari tangan-tangan serakah manusia. Mungkin pula, ia telah bersahabat dengan Mawang dan sesekali menjumpai Atuk.***

______

Dian Chandra
Dian Chandra

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah