Nezar Patria: Kenangan di Rumah Joko Pinurbo

- 27 April 2024, 11:17 WIB
Joko Pinurbo
Joko Pinurbo /ist

PESAWARAN INSIDE – Nezar Patria, Wakil Menteri Kominfo RI, sempat mengunjungi Joko Pinurbo sepulang dari rumah sakit di kediaman penyair Yogyakarta itu, dan tulisan ini diunggah di FB-nya 18 Desember 2023. Kami turunkan selengkapnya.

Akhirnya saya menemukan rumah itu di sebuah gang kecil di Wirobrajan, Yogyakarta, Ahad sore tadi. Sebuah gang dengan jalan bersemen, resik, dengan banyak kelokan tak terduga. Di sekitarnya, banyak rumah bergaya klasik berbaur dengan bangunan baru. 

Saya duduk di teras rumah mungil itu sejenak menunggu nyonya rumah mempersilakan masuk. Sambil menanti, saya melirik ke ruang tamu; tuan rumah sedang berbaring istirahat di ranjang. Ada televisi menyala di hadapannya dengan siaran olahraga. 

“Silakan masuk, Mas,” ujar nyonya rumah. 

Rumah itu berteras yang tertata rapi, dan begitu melangkah ke ruang tamu, mata saya segera bertumbukan dengan mata tuan rumah. Dia tersenyum pelan dan gerak bibir itu seperti sebuah pemberontakan atas selang oksigen yang membantu melegakan nafasnya. 

Saya duduk di dekat ranjang, dan sang tuan rumah, Joko Pinurbo alias Jokpin, penyair terkemuka itu membuka obrolan dengan pertanyaan apakah saya kesulitan mencari kediamannya. “Mudah. Petunjuknya cukup jelas,” kata saya dan memberitahukan padanya itu berkat arahan lokasi dari seorang sahabat, Tia Setiadi.

“Akhirnya rumah ini diketahui banyak orang, padahal dari dulu saya inginnya sembunyi,” ujar Jokpin dengan suara pelan. Setelah tiga pekan kembali ke rumah dari rumah sakit, dia mengaku lebih segar meskipun dalam sepekan harus kontrol dua kali ke dokter. Nyonya rumah bercerita antrian pasien BPJS membuatnya cepat letih tapi dia tetap semangat untuk pulih, paru-parunya belum cukup kuat untuk aktivitas yang menguras tenaga. 

Saya melarangnya banyak bicara. “Dalam diam kita pun bisa berkata-kata,” ujar saya mencoba membuatnya tetap tersenyum. Meski begitu, Jokpin tetap ingin bercerita. Kami bicara tentang tontonannya di televisi, dan juga bagaimana dia masih berjuang agar bisa mengembalikan selera makan. Dia memang tampak lebih kurus.

Dia makan sedikit demi sedikit, dan menurut istrinya, Jokpin kini suka mencoba berbagai makanan yang dia senangi pada masa mudanya, termasuk yang sudah langka semisal dawet dari tepung beras.

Saya senang melihat Jokpin bersemangat dan dia mengatakan selepas tahun baru nanti dia harus lebih sehat. Saya mengingatkan dia harus pulih karena puisi setia menunggu di teras sampai Jokpin bangkit dari ranjang dan mengajaknya jalan-jalan ke kota kata-kata. Saya menyalaminya untuk pamit dan Jokpin tersenyum lagi. 

Saat berjalan pulang, saya menoleh kembali ke belakang, ke rumah mungil itu, dan mengingat sebuah sajak dari Jokpin: 

Rumah Tangga

Bertandang ke rumahmu,

aku mendaki jalan berundak-undak

serupa tangga. Jalan berundak-undak

yang tersusun dari batu bata

merah hati. Hatimu.

 

Masuk ke ruang tamu, aku lanjut

menapaki tangga menuju kopimu.

Tangga kayu yang membuat kakiku

gemetar karena rindu.

 

Begitu kuucapkan halosu

di depan pintu, sebutir sepi

menggelinding menuruni tangga

menuju insomniamu. Seekor kucing

meluncur menyusuri tangga

menuju aduhmu.

 

“Aku ingin sembuh dalam sajakmu.”

 

Bertandang ke dalam sajakku,

kau akan melewati

tangga kata berliku-liku

dan disambut hangat sepasang asu.

 

(Jokpin, 2017).***

Baca Juga: Penyair ‘Celana’ Tutup Usia, Dunia Sastra Indonesia Berduka

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah