Saya senang melihat Jokpin bersemangat dan dia mengatakan selepas tahun baru nanti dia harus lebih sehat. Saya mengingatkan dia harus pulih karena puisi setia menunggu di teras sampai Jokpin bangkit dari ranjang dan mengajaknya jalan-jalan ke kota kata-kata. Saya menyalaminya untuk pamit dan Jokpin tersenyum lagi.
Saat berjalan pulang, saya menoleh kembali ke belakang, ke rumah mungil itu, dan mengingat sebuah sajak dari Jokpin:
Rumah Tangga
Bertandang ke rumahmu,
aku mendaki jalan berundak-undak
serupa tangga. Jalan berundak-undak
yang tersusun dari batu bata
merah hati. Hatimu.
Masuk ke ruang tamu, aku lanjut