Benteng Vrederburg, Kisah Kelicikan Belanda Terhadap Kesultanan Yogyakarta

- 22 Mei 2024, 06:40 WIB
/

PESAWARAN INSIDE- Benteng Vrederburg menjadi pertanda betapa liciknya penjajah Belanda terhadap Kesultanan Yogyakarta khususnya kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I yang sudah berjasa membangun benteng ini.

Benteng ini dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono setelah Gubernur Belanda Nicholaas Harting yang juga direktur pantai utara Jawa yang berpusat di Yogyakarta meminta Sri Sultan untuk membangun benteng di dekat keraton.

Nicholaas Harting beralasan bahwa tujuan pembangunan benteng ini adalah untuk membantu Sri Sultan menjaga keamanan keraton melalui para tentara-tentara Belanda. Padahal, seperti diketahui penjajah Belanda selalu memiliki niat licik untuk menguasai Yogyakarta.

Karena pada hakikatnya permintaan pembangunan benteng Vrederburg oleh Belanda itu semata dilakukan untuk mengetahui setiap aktivitas yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta.

Tak hanya itu saja, Belanda melalui Gubernur Nicholaas Harting juga berniat untuk mengawasi segala perkembangan yang ada di dalam Keraton Yogyakarta sesuai dengan tujuan kedatangan Belanda ke Yogyakarta untuk menguasai wilayah ini.

Sri Sultan Hamengku Buwono I yang sama sekali tidak menyadari niat sebenarnya dari Belanda, pun memerintahkan rakyatnya untuk membangun benteng untuk Belanda. Ia mengira bahwa Belanda akan benar-benar membantu menjaga keamanan Yogyakarta.

Sri Sultan HB I bahkan terjun langsung dalam proses pembangunan benteng, ia bahkan ikut memberi nama keempat sudut Benteng Vrederburg masing-masing dengan nama Jaya Wisesa di bagian barat, Jaya Purusa di bagian Timur, Jaya Prakosaningprang bagian barat daya serta Jaya Prayitna di bagian tenggara benteng.

Pada masa awal berdirinya benteng, bentu bangunannya masih amat sederhana. Tembok-tembok benteng yang mengelilingnya berbahan tanah liat yang ditopang dengan tiang penyangga dari kayu kelapa dan pohon aren.

Sedangkan bagian dalam bangunan benteng yang berbentuk bujur sangkar ini pun masih sederhana dengan mengandalkan bahan seadanya seperti bambu dan kayu sebagai tiang-tiang penyangga dan dinding bagian dalam, dan atap pun hanya memanfaatkan rumput ilalang.

Halaman:

Editor: Arief Mulyadin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah