Kayu Manis: Melacak Jejak Aroma yang Merajai Rasa

- 30 April 2024, 15:10 WIB
/

PESAWARAN INSIDE- Dalam dunia kuliner yang mempesona, satu rempah klasik muncul sebagai pemenang abadi: Kayu Manis. Dengan aroma manis yang memikat dan rasa hangat yang memanjakan lidah, kayu manis bukan sekadar bumbu, tetapi juga pewaris sejarah panjang yang membawa kita merentasi benua dan zaman.

Kisah kayu manis dimulai pada zaman kuno, di daratan yang subur di sekitar Sri Lanka, India, dan Cina. Dalam peradaban kuno, kayu manis menjadi simbol kekayaan dan kemewahan. Dengan penyebaran perdagangan rempah-rempah, kayu manis merambah ke seluruh dunia melalui rute perjalanan yang legendaris.

Keemasan di Tanah Ceylon

Sri Lanka, yang dahulu dikenal sebagai Ceylon, menjadi episentrum produksi kayu manis. Para penjelajah dan pedagang dari Eropa seperti Marco Polo dan Vasco da Gama tidak bisa mengabaikan keharuman kayu manis dari pulau ini. Sejak saat itu, kayu manis Ceylon menjadi sinonim dengan kualitas tertinggi.

Selama Abad Pertengahan, kayu manis menjadi komoditas yang sangat berharga. Harganya setara dengan emas, dan hanya kaum bangsawan yang mampu menikmati kelezatannya. Kayu manis bukan hanya bumbu, melainkan juga lambang status sosial.

Ke Eropa dan Seluruh Dunia

Era Penjelajahan membawa kayu manis ke Eropa sebagai barang mewah yang dicari oleh bangsawan dan keluarga kerajaan. Keberadaannya di meja makan adalah tanda kemakmuran dan kemewahan. Para penjelajah seperti Christopher Columbus menjadikan kayu manis sebagai salah satu tujuan utama dalam ekspedisinya.

Kayu manis juga menjadi bagian integral dari budaya Asia, khususnya dalam praktik obat tradisional. Penggunaan kayu manis untuk kesehatan dan kecantikan menjadi tradisi yang berlangsung selama berabad-abad.

Peran Modern: Dapur dan Industri Kesehatan

Halaman:

Editor: Arief Mulyadin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah